Lombok, NTB – Sebuah kasus kriminal mengejutkan publik Lombok setelah seorang pria berinisial D (27 tahun), warga Kabupaten Lombok Tengah, ditangkap karena membobol mesin ATM milik salah satu bank swasta. Hasil penyelidikan awal mengungkapkan bahwa pelaku melakukan aksi tersebut setelah mengalami kerugian besar akibat kecanduan permainan daring yang tengah populer, yaitu Mahjong Ways.
Peristiwa ini langsung mengundang perhatian aparat kepolisian, pakar psikologi, hingga pengamat budaya digital, karena menunjukkan keterkaitan nyata antara perilaku konsumsi hiburan daring dengan potensi gangguan sosial.
Kronologi Kejadian: Tekanan Finansial Puncaki Aksi Nekat
Kapolres Lombok Tengah, AKBP Eko Nugroho, dalam konferensi pers pada Senin (5/5), menjelaskan bahwa tersangka D tertangkap tangan saat mencoba merusak panel ATM menggunakan alat modifikasi logam. Aksi itu dilakukan dini hari di salah satu gerai minimarket yang sudah tutup.
“Pelaku mengaku putus asa setelah mengalami kerugian finansial akibat kecanduan permainan daring. Ia sempat mencoba mencari pinjaman, namun gagal. Dalam kondisi tertekan, dia nekat membobol mesin ATM,” ujar AKBP Eko.
Polisi menyita sejumlah barang bukti termasuk obeng, sarung tangan, dan tang potong. Hasil investigasi juga menunjukkan bahwa pelaku melakukan aksinya seorang diri dan baru pertama kali mencoba tindakan tersebut.
Mahjong Ways: Ketika Hiburan Daring Menjadi Obsesi
Permainan Mahjong Ways dikenal sebagai salah satu hiburan daring berbasis animasi dan teka-teki bergaya Tiongkok klasik. Secara desain, permainan ini dikemas secara menarik dan mudah diakses melalui perangkat digital. Namun di balik tampilan visual yang memikat, permainan ini juga memiliki mekanisme yang bisa memicu adrenalin dan ketagihan.
Dr. Arindra Wibowo, peneliti interaksi manusia-komputer dari Universitas Indonesia, menyebut bahwa jenis permainan seperti ini sering kali memberi sensasi semu atas kontrol dan peluang. “Permainannya sederhana, tapi kombinasi warna, suara, dan pola interaktif membuat pemain merasa hampir menang terus. Ini bisa mendorong impulsifitas,” jelasnya.
Dampak Sosial dan Psikologis dari Permainan Berbasis Hadiah
Kasus D bukan yang pertama terjadi di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kecanduan permainan daring—terutama yang melibatkan elemen hadiah atau tantangan ekonomi—telah dikaitkan dengan berbagai masalah sosial. Mulai dari gangguan kesehatan mental, kerusakan relasi keluarga, hingga tindakan kriminal.
Retna Safitri, M.Psi, psikolog klinis di Mataram, mengatakan bahwa kasus ini menandai pentingnya pengawasan terhadap penggunaan gawai. “Ketika seseorang terpapar secara terus-menerus dengan permainan berisiko, apalagi tanpa kontrol waktu dan uang, maka akan rentan terhadap tekanan psikologis,” ungkapnya.
Retna menambahkan, individu yang tidak memiliki sistem pendukung sosial yang kuat atau akses terhadap konseling juga lebih mudah jatuh dalam pola destruktif seperti pinjaman online, penipuan, bahkan kejahatan.
Peran Keluarga dan Edukasi Digital
Dalam kasus ini, keluarga pelaku mengaku tidak menyadari perubahan perilaku D hingga terlambat. Padahal, perubahan sikap, ketidaktertarikan terhadap aktivitas sosial, dan insomnia adalah gejala awal kecanduan digital yang bisa diidentifikasi lebih awal.
Pakar keluarga dan pendidikan menyarankan agar lingkungan rumah mulai membangun literasi digital sedini mungkin. Penggunaan gawai dan aplikasi permainan harus diawasi, terutama bagi remaja dan dewasa muda yang emosinya masih mudah terpengaruh oleh tantangan dan sensasi.
FAQ: Pertanyaan Umum Terkait Kasus Ini
1. Apakah Mahjong Ways ilegal di Indonesia?
Meskipun permainan ini dikemas sebagai game interaktif, beberapa versinya mengandung fitur yang masuk dalam kategori permainan berisiko tinggi, dan sebagian di antaranya tidak memiliki izin operasi di Indonesia.
2. Bagaimana cara mengenali tanda-tanda kecanduan game?
Beberapa tanda umum: sulit berhenti meski sudah rugi, terus bermain untuk menutup kerugian, kehilangan minat pada aktivitas lain, dan menyembunyikan aktivitas dari orang terdekat.
3. Apa solusi jika anggota keluarga mulai kecanduan permainan digital?
Segera lakukan pendekatan komunikasi, batasi akses terhadap gawai, dan ajak konsultasi dengan psikolog atau konselor keluarga.
4. Apa yang bisa dilakukan pemerintah?
Pemerintah bisa memperketat regulasi aplikasi digital, membatasi akses permainan tanpa izin, serta memperkuat kampanye literasi digital dan deteksi dini kecanduan.
Kesimpulan: Perlunya Pendekatan Kolektif Tangani Kecanduan Digital
Kasus kriminal di Lombok ini menjadi contoh nyata bagaimana permainan daring bisa memengaruhi keputusan ekstrem ketika tidak dikontrol dengan baik. Pria 27 tahun itu bukan hanya menjadi pelaku kejahatan, tapi juga korban dari rendahnya kesadaran akan batas aman penggunaan digital.
Solusinya tidak bisa hanya mengandalkan aparat hukum. Diperlukan sinergi antara keluarga, pendidik, pakar psikologi, dan regulator untuk mengedukasi masyarakat tentang risiko permainan digital yang tidak terawasi. Literasi digital harus diajarkan bukan hanya di sekolah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, agar generasi masa kini tidak hanya cakap teknologi, tapi juga sehat secara mental dan sosial.
Jika Anda atau orang terdekat mulai menunjukkan tanda-tanda kecanduan digital, jangan ragu mencari bantuan profesional. Lebih baik mencegah daripada menyesal ketika semuanya sudah terlambat.